ShareThisYO |
MARTIRNKRI.COM - Ketua umum Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan 'perilaku FPI' yang menampar anak 15 tahun setelah unggahannya tentang Rizieq Shihab di media sosial harus dilawan dan dilaporkan ke kepolisian.
Video remaja bernama Putra Mario Alfian ditampar oleh sejumlah orang yang mengaku Front Pembela Islam dan diminta tandatangan surat bermaterai permintaan maaf banyak disebarkan melalui media sosial.
Salah seorang di video itu mengatakan,
"Besok lu temen-teman lu yang sama etnis kayak lu juga lu nasehati...ini udah kejadian di gua, supaya nasibnya gak sama kaya lu. Ini mending lu gak diapa-apain, Di Jakarta Barat udah gak berbentuk...kalau FPI begini --kita pake proseduran, cuma masyarakat yang gak bisa nahan karena kenapa, Habib Rizieq Shihab bukan hanya milik FPI, punya umat Islam."
GP Ansor, gerakan yang berafiliasi kepada Nahdlatul Ulama, telah bertemu dengan Mario "dan mengadvokasi dan menguatkan psikis anak ini yang dikeroyok di tengah malam dan dipukuli," kata Yaqut kepada wartawan BBC Indonesia, Endang Nurdin.
Diusir dari rumah kontrakan
Anak 15 tahun di Cipinang Muara, Jakarta itu, "sebenarnya sejak dari rumah dia sampai ke rumah RW sudah dipukuli, ditampar-tampar sama orang," tambahnya.
Namun Yaqut mengatakan kondisi Mario "tegar, apa yang dirasakan hanya sakit sakit di badan bekas dipukul-pukul. Secara umum anak ini tegar dan anak yang biasa susah yang saya lihat."
Ibu Mario tak bisa membantu putranya yang dibawa ke kediaman ketua RW di kawasan itu, kata Yaqut.
"Ibunya punya anak tujuh dan janda, dan ini anak dari keluarga miskin, bagaimana ibunya mau melakukan sesuatu ketika datang serombongan orang yang berperilaku biadab seperti itu."
"Setelah kejadian dan lebih mengenaskan ibu dan keluarga Mario lain diusir dari rumah kontrakannya karena yang punya rumah kontrakan takut kejadian itu akan terulang," tambahnya.
'Harus dilawan'
Sementara itu anggota FPI Habib Novel mengatakan belum melihat video tersebut namun bersikukuh siapapun yang menghina ulama akan mereka kejar.
"Kita jelas dulu itu bagian dari FPI atau bukan. Kita ini pejuang amar ma'ruf nahi munkar (perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat), kalau memang menentang dengan syariat Islam, menghina agama dan ulama ya akan kita kejar ke manapun," kata Novel kepada wartawan BBC Indonesia, Nuraki Aziz.
"Jadi kita tidak akan diamkan, siapapun, agama manapun, etnis manapun, suku manapun yang ketika dia sudah menghina agama Islam, menghina ulama, menghina al-Quran, maka akan kita kejar ke manapun," tambahnya.
Yaqut Cholil mengatakan pihaknya telah meminta Mario dan keluarga untuk melaporkan ke kepolisian orang-orang yang memukulnya.
Pihak kepolisian sendiri juga telah mendatangi kediaman Mario dan meminta hal serupa, kata Yaqut.
"Ansor melakukan gerakan ini, dengan harapan bisa menstimulasi kelompok yang mayoritas untuk ikut bersuara, menolak perilaku seperti yang dilakukan FPI ini."
"Kalau dibiarkan mereka akan nglunjak, kalau dibiarkan saya tak bisa membayangkan apa lagi yang akan mereka lakukan, perilaku begini harus dilawan supaya mereka tak nglunjak. Setelah ibu-ibu (dokter di Solok, Sumatra Barat), anak-anak, apa lagi, jangan-jangan nanti toko-toko, mal, apa aja mereka bisa lakukan kalau kita diamkan," tambah Yaqut.
"Bila niat mereka tabayun atau klarifikasi, lakukan klarifikasi dengan baik dan tidak perlu dengan intimidasi...apalagi begini mereka pakai simbol dan nama Islam, FPI itu Front Pembela Islam, pakai nama Islam tapi jangan kelakuannya bikin malu umat Islam. Di Islam tidak diajarkan cara-cara intimidatif," kata Yaqut lagi.
Saat ini Mario tengah berada di kantor polisi sebagai bentuk perlindungan, kata Damar Juniarto, Koordinator regional Southeast Asia Freedom of Expression Network (SafeNet),
59 orang target persekusi
"Kita ingin memberikan perlindungan korban persekusi, terutama karena (Mario) masih anak-anak dan (menilik dari) perlakuan yang didapat, lebih mengejutkan banyak pihak," kata Damar.
Sampai saat ini SafeNet mencatat terdapat "59 orang yang ditarget persekusi, sebarannya merata di Indonesia dan berdasarkan pemetaan, paling besar di Jawa Barat," kata Damar.
"Persekusi ditargetkan pada orang-orang melakukan postingan di media sosial isinya yang menurut pelaku persekusi yang diduga menurut mereka menghina agama dan ulama," kata Damar.
Namun ia mengatakan akan meneliti lebih lanjut untuk memastikan apakah persekusi ini,
"Berdasarkan SARA atau agama atau persekusi lain yang tujuannya untuk membuat teror dan keruh saja situasi sehingga seolah-olah terjadi gesekan antara dua kelompok. Kami masih meneliti lebih lanjut...siapa di balik ini dan apa motifnya."
GP Ansor sendiri mencatat 55 kejadian persekusi sejak kasus Rizieq Shihab mencuat.
Teror telepon, WhatsApp dan media sosial
"Ada 55 kejadian beragam, ada Afi di Banyuwangi, meski tak didatangi tapi diteror melalui telepon, WhatsApp, media sosial karena karena tak setuju dengan perilaku imam FPI Rizieq Shihab," kata Yaqut.
Saat ditanya apakah langkah orang-orang yang memukul anak ini di luar kewenangan mereka, Habib Novel mengatakan, pihaknya "membantu penegak hukum."
"Kita sifatnya membantu dan tidak mengambil alih mutlak wewenang penegak hukum, jadi kita sifatnya membantu, seperti maling kita pegang kita ambil kita serahin, masak gak boleh nangkap maling, masak orang gak boleh menangkap copet, masak orang gak boleh nangkap koruptor, gampang kan."
"Kita membantu penegakan hukum, harus digarisbawahi penegakan hukum," tambahnya.
Sementara GP Ansor, menurut Yaqut akan mendorong masyarakat untuk ikut melaporkan mereka yang main hakim sendiri.
"Ansor akan terus melakukan, kita akan menyuarakan dan mengkampanyekan, dan mengajak kelompok di masyarakat untuk berani bersuara dan jangan hanya diam,...tentu setiap kejadian dilaporkan ke kepolisian, kita jangan main hakim sendiri seperti yang mereka lakukan."
"Kita juga dorong harus ada tindakan yang memberikan efek jera kepada kelompok yang melakukan intimidasi salah satunya adalah proses hukum," tambah Yaqut.
sumber: bbc Indonesia - http://ift.tt/2rul1II - June 01, 2017 at 09:44PM
0 Comment to "Ketum GP Ansor Yaqut Cholil Geram Melihat Perlakuan Biadab FPI Keroyok Bocah Tionghoa Umur 15 Tahun noreply@blogger.com (Guru Bijak)"
Post a Comment